Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Self-Talk

Pada dasarnya setiap manusia memiliki kesadaran akan keberadaannya sebagai manusia, sehingga selain manusia memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain, manusia juga mampu berkomunikasi dengan dirinya sendiri (Wulandari, 2017). 


Berbicara dengan diri sendiri atau yang biasa disebut dengan istilah self talk merupakan bentuk dari komunikasi intrapersonal, artinya komunikasi dilakukan oleh individu terhadap dirinya sendiri, baik secara sadar ataupun tidak. Suseno (dalam Wulandari, 2017) menyebutkan contoh self talk secara sadar ialah harapan, cita-cita, atau doa. Sedangkan bentuk self talk secara tidak sadar dapat berlangsung secara spontan. Menurut Syam (dalam Wulandari, 2017) Self talk ini berlangsung melalui proses sensasi, asosiasi,  persepsi, memori dan berpikir. 

Sensasi merupakan hasil dari panca indra dalam menyerap setiap info atau stimulus dari lingkungan sekitar. Selanjutnya asosiasi yaitu pengalaman individu dalam memahami sensasi. Antara sensasi dan asosiasi ini bertemu di dalam otak dan membentuk persepsi.  Adapun yang dimaksud dengan persepsi adalah proses mengartikan segala sesuatu yang telah diterima oleh kognisi seseorang (Solso dkk, 2008). 

Definisi lain tentang self talk yang diungkapkan  oleh Selk (dalam Wulandari, 2017) yakni self talk merupakan cara kerja kognitif melalui proses mental yang berkonstribusi dalam perubahan bentuk-bentuk pikiran. Self talk merupakan serangkaian proses di dalam diri seseorang yang memampukan individu untuk memahami diri sendiri. Hacfort dan Schwenkmezger (dalam Wulandari, 2017) mengartikan self-talk sebagai suatu percakapan yang dilakukan seseorang dengan dirinya sendiri untuk mendefinisikan berbagai macam perasaan, pendapat, penilaian dan perintah terhadap dirinya sendiri untuk mengatur kembali keadaan diri yang dirasa perlu untuk diubah. Self talk umum terjadi pada setiap manusia. Segala sesuatu yang dipikirkan individu dapat mempengaruhi keadaan jiwanya. Kata-kata yang disampaikan terhadap diri sendiri secara otomatis dapat mempengaruhi pikiran seseorang. 

Apabila kata-kata yang disampaikan itu positif maka akan memunculkan jiwa positif, sedangkan bila yang sampaikan merupakan kata-kata negatif maka akan memunculkan perasaan pesimis. Apa yang dikatakan individu terhadap dirinya sendiri 95% akan mempengaruhi keadaan emosi seseorang. Hal ini dapat terjadi karena ketika seseorang mulai berbicara pada dirinya sendiri berarti alam bawah sadarnya telah diperintahkan untuk melakukan sesuatu (Aulia, dalam Wulandari, 2017). Maka dari itu, self talk mempunyai andil yang besar terhadap keadaan diri seseorang. Dari beberapa uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa self talk merupakan suatu aktivitas di dalam diri seseorang yang berupa dialog dengan diri sendiri.

Terdapat dua macam self talk, yakni self talk positif, dan self talk negatif. Self talk positif ialah bentuk komunikasi pada diri sendiri dengan memperkatakan kalimat-kalimat positif yang dapat menumbuhkan keyakinan (faith), semangat (spirit), dan optimisme (optimism) pada diri sendiri. Contoh ungkapan yang positif misalnya, “Aku harus bangkit tidak boleh bergantung terus dengan orang lain; Aku punya potensi yang tidak dapat diremehkan begitu saja; Aku adalah manusia yang kuat,” dan masih banyak serentetan perkataan positif lainnya. Ketika individu menyampaikan ucapan yang positif maka akan muncul emosi yang positif, begitupun sebaliknya. 

Self talk negatif merupakan cara berpikir yang irasional sehingga dapat menyebabkan emosi seseorang terganggu, memunculkan depresi, merasa rendah diri, menyalahkan diri sendiri dan khawatir Self talk negatif ini cenderung merugikan diri sendiri. Contoh dari self-talk negatif; “Aku adalah manusia yang tidak berguna, Tidak ada orang yang mau berteman denganku, Aku tidak percaya dengan adanya persahabatan”, dan lain sebagainya. 

Kedua jenis self-talk tersebut dapat dipengaruhi oleh keadaan diri seseorang dalam menyikapi sesuatu. Individu mampu mempersepsi dengan pikiran yang positif ataupun keadaan negatif. Self talk dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni perkembangan kognitif, proses belajar, dan kematangan psikologis. 

Menurut Vygotsky seorang anak mulai dapat berkomunikasi dengan dirinya sendiri saat memasuki usia enam atau tujuh tahun (Ricard, dalam Wulandari, 2017). Pada masa ini individu mulai mengenali hal-hal yang baik atau buruk, individu masih melatih diri mengenai bahasa. Oleh sebab itu, pembelajaran dan komunikasi yang positif dari lingkungan dapat mempengaruhi pola pemikiran individu. 

Yang kedua, self talk dipengaruhi proses belajar. Belajar merupakan suatu kegiatan yang ditujukan untuk dapat mengetahui atau mendapatkan pengalaman guna melakukan perubahan. mental di dalam diri manusia. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Rogers, bahwa salah satu sifat self dapat berubah dengan adanya proses belajar (Suryabrata, dalam Wulandari, 2017). 

Yang ketiga, self talk dipengaruhi oleh kematangan psikologis. Menurut Shanahan dkk, kematangan psikologis yang dimaksud adalah saat dimana individu mulai mampu mengontrol atau mengendalikan diri dengan baik (Papalia dan Fielmand, 2013). Adanya kematangan psikologis ini yang akan mengaktifkan kemampuan self talk dalam menghadapi segala kemungkinan peristiwa yang akan terjadi.

PUSTAKA
Hareva, I. E., & Mawarni, S. G. (2019). Komunikasi Interpersonal (Self Talk) Untuk Mencegah Self Harm Pada Remaja. Pengembangan Karakter Dalam Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0. Hal. 173-178.

Posting Komentar untuk "Self-Talk"