Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pola Asuh Orangtua

Menurut Baumrind, pola asuh pada prinsipnya merupakan parental control, yakni bagaimana orangtua mengontrol, membimbing dan mendampingi anak-anaknya untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangannya menuju pada proses pendewasaan. Baumrind juga menjelaskan bahwa pola asuh orangtua merupakan segala bentuk dan proses interaksi yang terjadi antara orangtua dan anak yang merupakan pola pengasuhan tertentu dalam keluarga yang akan memberi pengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak.

Kohn mengatakan bahwa pola asuh merupakan cara orangtua berinteraksi dengan anak yang meliputi pemberian aturan, hadiah, hukuman, pemberian perhatian, serta tanggapan orangtua terhadap setiap perilaku anak. Nevenid, dkk menyatakan bahwa pola asuh yang ideal adalah bagaimana orangtua bisa mempunyai sifat empati terhadap semua kondisi anak dan mencintai anaknya dengan setulus hati. Sedangkan Karen menyatakan bahwa kualitas pola asuh yang baik adalah kemampuan orangtua untuk memonitor segala aktivitas anak, sehingga ketika anak dalam keadaan terpuruk, orangtua mampu memberikan dukungan dan memperlakukan anak dengan baik sesuai dengan kondisi anaknya.

Sedangkan, tujuan pola asuh menurut Hurlock yaitu untuk mendidik anak agar dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosialnya atau supaya dapat diterima oleh masyarakat. Pengasuhan orangtua berfungsi untuk memberikan kelekatan dan ikatan emosional atau kasih sayang antara orangtua dan anaknya, juga adanya penerimaan dan tuntunan dari orangtua dan melihat bagaimana orangtua menerapkan disiplin.

Baumrind menyatakan bahwa pola asuh terbentuk dari adanya:

Demandingness

Demandingness menggambarkan bagaimana standar yang ditetapkan oleh orangtua bagi anak, berkaitan dengan kontrol perilaku dari orangtua. Demandingness atau bentuk tuntutan orangtua adalah seberapa jauh orangtua menuntut dan mengharapkan tanggungjawab dari tingkah laku anak-anaknya.

Responsiveness

Responsiveness menggambarkan bagaimana orangtua berespons kepada anaknya, berkaitan dengan kehangatan dan dukungan orangtua. Responsiveness atau penerimaan orangtua adalah seberapa jauh orangtua merespons kebutuhan anak dengan cara-cara yang sifatnya menerima dan mendukung segala apapun yang dilakukan oleh anak. 

Dalam hal ini terdapat 3 jenis pola asuh yaitu: authoritative, authoritarian, dan permissive.

Pola Asuh Authoritative

Pola asuh authoritative mengandung demanding dan responsive. Dicirikan dengan adanya tuntutan dari orangtua yang disertai dengan komunikasi terbuka antara orangtu dan anak, mengharapkan kematangan perilaku pada anak disertai dengan adanya kehangatan dari orangtua. Pola asuh authoritative mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

  1. Hak dan kewajiban antara anak dan orangtua diberikan secara seimbang.
  2. Saling melengkapi satu sama lain, orangtua yang menerima dan melibatkan anak dalam mengambil keputusan yang terkait dengan kepentingan keluarga.
  3. Memiliki tingkat pengendalian tinggi dan mengharuskan anak-anaknya bertindak pada tingkat intelektual dan sosial sesuai usia dan kemampuan mereka, tetapi mereka tetap memberi kehangatan, bimbingan, dan komunikasi dua arah.
  4. Memberikan penjelasan dan alasan atas hukuman dan larangan yang diberikan oleh orangtua kepada anak.
  5. Selalu mendukung apa yang dilakukan oleh anak tanpa membatasi segala potensi yang dimilikinya serta kreativitasnya, namun tetap membimbing dan mengarahkan anak-anaknya. 

Pola Asuh Authoritarian (Otoriter)

Pola asuh authoritarian mengandung demanding dan unresponsive. Dicirikan dengan orangtua yang selalu menuntut anak tanpa memberi kesempatan pada anak untuk mengemukakan pendapatnya, tanpa disertai dengan komunikasi terbuka antara orangtua dan anak juga kehangatan dari orangtua. Menurut Baumrind, bentuk pola asuh authoritarian mempunyai ciriciri sebagai berikut:
  1. Memperlakukan anaknya dengan tegas
  2. Suka menghukum anak yang dianggap tidak sesuai dengan keinginan orangtua
  3. Kurang memiliki kasih sayang
  4. Kurang simpatik
  5. Mudah menyalahkan segala aktivitas anak terutama ketika anak ingin berlaku kreatif.

Pola Asuh Permissive

Pola asuh permissive mengandung undemanding dan responsive. Dicirikan dengan orangtua yang terlalu membebaskan anak dalam segala hal tanpa adanya tuntutan ataupun kontrol, anak dibolehkan untuk melakukan apa saja yang diinginkannya. Menurut Baumrind, bentuk pola asuh permissive mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
  1. Orangtua memberikan kebebasan kepada anak seluas mungkin.
  2. Anak tidak dituntut untuk belajar bertanggungjawab.
  3. Anak diberi hak yang sama dengan orang dewasa, dan diberi kebebasan yang seluas-luasnya untuk mengatur diri sendiri.
  4. Orangtua tidak banyak mengatur dan mengontrol, sehingga anak tidak diberi kesempatan untuk mandiri dan mengatur diri sendiri dan diberikan kewenangan untuk mengontrol dirinya sendiri.
Berdasarkan uraian di atas, pola asuh yang diterapkan oleh orangtua sangat variatif. Ada orangtua yang hangat dan sangat menerima anakanaknya, ada juga orangtua yang tidak pernah merespons dan selalu
menolak apapun yang dilakukan oleh anak, ada orangtua yang selalu menuntut anak-anaknya agar sesuai dengan keinginannya, ada juga yang membiarkan anak-anaknya tanpa membimbing sama sekali.

Menurut Baumrind, ada beberapa label untuk orangtua. Pertama, orangtua yang sangat menerima namun tidak pernah ada tuntutan terhadap anaknya, ini disebut indulgent (sangat sabar). Kedua, tipe
orangtua yang sifat penerimaan dan tuntutannya sama tingginya, maka disebut orangtua otoritatif (pemberi wewenang). Ketiga, orangtua yang sangat menuntut perilaku anaknya, ini disebut orangtua otoriter. Keempat, orangtua yang tidak pernah menuntut sama sekali dan tidak menerima anaknya, ini disebut tipe orangtua yang indifferent (tidak acuh/penelantar). Tipe yang keempat ini hampir sama dengan yang diungkapkan oleh Macoby & Martin, yang juga menambahkan satu jenis pola asuh lagi dengan pola asuh uninvolved.

Pola Asuh Uninvolved

Pola asuh uninvolved mengandung undemanding dan unresponsive. Dicirikan dengan orangtua yang bersikap mengabaikan dan lebih mengutamakan kebutuhan dan keinginan orangtua daripada kebutuhan
dan keinginan anak, tidak adanya tuntutan, larangan ataupun komunikasi terbuka antara orangtua dan anak. 

Aplikasi teori yang dikemukakan oleh Baumrind dalam sistem keluarga adalah sebagai berikut:

  1. Dalam pendidikan keluarga yang mempunyai sistem indulgent (kesabaran yang tinggi), anak akan lebih cenderung kurang matang, tidak bertanggungjawab, lebih merasa cocok dengan teman sebaya, dan kurang mampu menduduki posisi pimpinan.
  2. Dalam sistem otoritatif, anak lebih bertanggungjawab, memiliki ketenangan diri, adaptif, kreatif, penuh perhatian, terampil secara sosial, dan berhasil di sekolah.
  3.  Dalam keluarga otoriter, anak akan menjadi lebih tergantung pada orang lain, lebih pasif, dan kurang dapat menyesuaikan diri secara sosial, kurang ketenangan diri, dan kurang perhatian secara intelektual.
  4. Anak dalam pendidikan indifferent, anak sering impulsif, cenderung berperilaku agresif, dan lebih sering terlibat dengan pergaulan kenakalan remaja. Dalam perilakunya, mereka lebih sering memakai kebebasan tanpa melihat norma-norma yang sudah berlaku, baik norma agama maupun norma sosial.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pada setiap orangtua, penerapan pola asuhnya dapat berbeda-beda dan mengkombinasikannya dari berbagai tipe yang ada. Hal ini diperkuat oleh Baumrind yang menjelaskan bahwa dalam kehidupan sehari-hari kebanyakan orangtua menggunakan kombinasi dari ke semua pola asuh yang ada, akan tetapi satu jenis pola asuh akan terlihat lebih dominan daripada pola asuh lainnya dan sifatnya hampir stabil sepanjang waktu.

Pustaka

Daulay, N. (2014). Pola asuh orangtua dalam perspektif psikologi dan Islam. Darul Ilmi: Jurnal Ilmu Kependidikan dan Keislaman, 2(2).

Dewi, P. A. S. C., & Khotimah, H. (2020, October). Pola Asuh Orang Tua Pada Anak Di Masa Pandemi Covid-19. In Seminar Nasional Sistem Informasi (SENASIF) (Vol. 4, No. 1, pp. 2433-2441).

Posting Komentar untuk "Pola Asuh Orangtua"